Mengenai Saya

Foto saya
malang, jawa timur, Curaçao
yach mg bermanfaat az semuana amien...

Selasa, 20 Desember 2011

laporan bagian rumus dan diagarm bunga

 

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1
”Bagian bunga, Rumus bunga dan Diagram bunga”


Dosen Pembimbing :
Evika Sandi Savitri, MP

Disusun Oleh :
Novia Qurrota Ayun
08620016



UIN MALANG.png



JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Suatu bunga yang lengkap mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik, dan daun buah. Bunga terdiri atas bagian yang fertil, yaitu benang sari dan daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota (Sumardi, 1993).
Bagian-bagian bunga juga bermacam – macam, bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistillum). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (pedunculus), daun pelindung (bractea), daun tangkai (bracteola), tangkai daun (pedicellus), dan bunga (flos) (Parwata, 2009).
Bunga adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat untuk mengadakan penyerbukan dan pembuahan sehingga terbentuk buah dengan biji yang digunakan untuk perkembangbiakan generatif pada tumbuhan biji (Resmisari, 2008).
Kita tidak akan mengetahui secara jelas atau detail tentang bagian, rumus, dan diagram masing – masing bunga, jika tidak melakukan penelitian. Maka dari itu dalam praktikum kali ini praktikan mengambil judul “Bagian Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram bunga”.


1.2  Tujuan
Agar dapat mengenal bermacam – macam susunan bagian bunga, rumus bunga, dan diagram bunga.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bagian Bunga
Pada umumnya bunga terdiri dari 4 bagian bunga dan tempatnya berturut turut dari tepi luar bunga bagian tengah kalix (kelopak), corolla (mahkota), andresium (kelamin jantan), ginesium (kelamin betina) (Fahn, 1991).
Bunga pada umumnya mempunyai bagian – bagian berikut (Moertolo, 2004):
a.       Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun – daun peralihan, yaitu bagian – bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau, yang seakan – akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.
b.      Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas – ruas yang amat pendek, sehingga daun – daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian – bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanay lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
c.       Hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang – tulang atau urat – urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat di bedakan dalam dua bagian yang masing – masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian – bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua bagian antara lain: kelopak (kalix) dan mahkota bunga (corolla).
d.      Alat – alat kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen).
e.       Alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik (pistilum), juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.
Melihat bagian – bagian yang terdapat pada bunga maka bunga dapat di bedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1995):
1.      Bunga lengkap (flos completusl), yang terdiri atas: lingkaran daun – daun kelopak, lingkaran daun – daun mahkota, lingkaran benang – benang sari dan satu lingkaran daun – daun buah.
2.      Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletusl), jika salah satu bagian hiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu di sebut telanjang (nudus), juka hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin tunggal (unisexualis). 
Bunga yang mempunyai tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan mahkotanya sama bentuk maupun rupanya, sering kali di anggap sebagai bunga yang tidak lengkap pula.
Berdasarkan alat – alat kelamin yang terdapat pada masing – masing bunga, orang membedakan(Hidayat, 1995):
a.       Bunga banci atau berkelamin dua (hermaproditus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini sering dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun jelas mumpunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.). ditunjukkan dengan lambang: ♀.
b.      Bunga berkelamin tunggal (unisexsualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam:
1.      Bunga jantan (flos musculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan. Bunga jantan sering kali di tunjukkan dengan lambang: ♂.
2.      Bunga betina (flos femineus), yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya. Bunga betina di tunjukkan dengan lambang: ♀.
c.       Bunga mandul atau tidak berkelamin, jika bunga tidak terdapat baik benang sari maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus annuus L.).
Penelitian mengenai jenis kelamin bunga, menunjukkan bahwa satu batang tumbuhan, misalnya sebatang tanaman jagung, dapat memperlihatkan dua macam bunga, yaitu bunga jantan yang tersusun sebagai bulir majemuk pada ujung tanaman dan bunga betina yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam ketiak – ketiak daunnya. Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, orang membedakan tumbuhan yang (Muzayyinah, 2008):
a.       Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan).
b.      Berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya mendukung bunga jantan saja, dan ada individu yang mendukung bunga betina saja.
c.       Poligam (polygamus), jika pada suatu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama – sama.
Letak bunga pada tumbuhan yang dianggap sebagai poligom yaitu suatu jenis tumbuhan yang bersifat (Parwata, 2009):
1.      Gynodioecus: jika pada suatu individu hanya terdapat bunga betina saja, sedangkan pada individu lain bunga banci. Gejala ini terdapat pada berbagai jenis tumbuhan yang berbunga bibir (Labiatae).
2.      Androdioecus: jika pada individu yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedangkan yang lain terdapat bunga banci.
3.      Monoeco – polygamus: jika pada suatu individu terdapat bunga - bunga jantan, betina, dan banci bersama – sama.
4.      Gynomonoecus: jika pada suatu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama – sama.
5.      Trioecus atau trioeco _ polygamus: jika bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci masing – masing terdapat terpisah pada individu yang berlainan.
Bagian – bagian bunga yang merupakan metamorfosis daun (kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah)dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda – beda, yaitu (Salisbury, 1992):
a.      Terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral (acyclis).
b.      Berkarang, melingkar (cyclis), jika daun – daun kelopak, benang – benang sari, dan daun – daun buah, masing – masing tersusun dalam suatu lingkaran.
c.       Campuran (hemicyclis), yaitu jika bagian bunga tadi ada yang duduk berkarang, sedang sebagian lain duduk terpencar.
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa di sebut untuk bagian – bagian tubuh tumbuhan, jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat di bagi menjadi dua bagian, sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Bidang pemisah dapat dianggap merupakan sebuah cermin datar dan bagian yang satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang yang dapat dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain merupakan bayangannya dalam cermin datar, dinamakan bidang simetri (Savitri, 2005).
Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat tersebut, dan bertalian dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang (Savitri, 2008):
a.       Asimetris atau yidak simetris, jika bunga tidak bisa dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga.
b.      Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat di buat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup.sifat ini biasanya ditunjukkan dengan lambang ↑ (anak panah).
Bergantung pada letaknya bidang simetri, bunga setangkup tunggal dapat dibedakan lagi dalam 3 macam (Sulasmi, 2004):
1.      Setangkup tegak, jika bidang simetri berimpit dengan bidang median.
2.      Setangkup mendatar, jika bidang simetri tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus pula pada pada arah vertikal.
3.      Setangkup miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dari 90°.
c.       Setangkup menurut dua bidang, dapat pula dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain.
d.      Beraturan atau bersimetri banyak, yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup. Bunga yang beraturan sering kali ditunjukkan dengan lambang * (bintang).
Baik dakuncup daun maupun dalam kuncup bunga, bagian – bagiannya yang berupa daun – daun itu terletak yang sedemikian rupa, hingga bagian tumbuhan yang bersangkutan dapat dijadikan tanda pengenal. Mengenai keadaan daun – daun dalam kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu (Kartasapoetra, 2004):
a.       Pelipatan daun – daun itu dalam kuncup (vernatio).
b.      Letak daun – daun dalam kuncup terhadap daun – daun lainnya (aestivatio).
Keadaan bagian – bagian bunga, kususnya mengenai kelopak dan mahkota, sewaktu bunga masih dalam keadaan kuncup (Sumardi, 1993).
a.       Pelipatan (vernatio) daun – daun kelopak dan mahkota.
Pada bunga yang masih kuncup keadaan daun – daun kelopak dan mahkota dapat bermacam – macam yaitu:
1.       Rata (vernatio plana).
2.      Terlipat ke dalam sepanjang ibu tulangnya terlipat ke arah adaxial                     (vernatio conduplicata atau vernatio conduplicata).
3.      Terlipat sepanjang tulang-tulang cabangnya (vernatio plicata).
4.      Terlipat tak beraturan (vernatio corrugativa).
5.      Tergulung ke dalam menurut poros bujur (vernatio involuta).
6.      Tergulung ke luar menurut poros bujur (vernatio revoluta).
7.      Tergulung ke satu arah menurut poros bujur (vernatio convoluta).
8.      Tergulung ke dalam menurut poros lintang (vernatio circinatim involuta).
9.      Tergulung ke luar menurut garis lintang (vernatio circinatim revoluta).
10.  Terlipat ke bawah dan ke dalam (vernatio inclinata).
11.  Terlipat menurut poros lintang keluar (vernatio reclinata).
b.      Letak daun – daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aestivatio).
Mengenal hal inipun ada bermacam – macam susunan, di antaranya yang sering kita jumpai ialah:
1.      Terbuka (aperta).
2.      Berkatup (valvata).
3.      Berkatup dengan tepi melipat ke dalam (induplcata).
4.      Berkatup dengan tepi melipat ke luar (reduplicata).
5.      Menyirap (imbricata), dapat dibedakan lagi:
a.      Yang terpuntir ke satu arah (convoluta atau contorta).
Jika daun kelopak atau mahkota tampak seakan-akan terpuntir, jika menurut arah putarannya di bedakan menjadi:
1.      Terpuntir ke kiri (sinistrorsum contortus), jika arah putaran sesuai dengan arah putaran jarum jam, sehingg tepi yang sebelah kiri yang selalu di bagian atas menutupi tepi kanan yang sesamanya.
2.      Terpuntir ke kanan (dextrorsum contortum), jika arah putaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sehingga tepi kananlah yang selalu di bagian atas menutupi tepi kiri sesamanya.
b.      Mengikti rumus 2/5 (quincuncialis). Jika arah putaran tadi menyebabkan letak daun-daun kelopak atau mahkota seperti duduk daun yang mengikuti rimus daun 2/5.
c.       Kohlearis (cohlearis). Mengikuti garis sepiral seperti pada rumah siput. Jika bunga dengan 5 daun kelopak atau lima daun tajuk: 1 daun sama sekali di luar, 1 daun sama sekali di dalam, susunan koheat dapat di bedakan lagi menjadi:
1.      kohlearis visnal atau kohlearis berdekatan (cochlearis paratact), yaitu   daun yang sama sekali di dalam lang sung berbatasan dengan daun yang sama sekali di luar.
2.      kohlearis distal atau kohlearis berjauhan (cochlearis apotact), yaitu jika daun yang sama sekali di luar tidak lang sung berbatasan dengan daun yang sama sekali di dalam. Tapi di antaranya ada daun yang tepinya satu di luar dan yang satu di dalam.
3.      kohlearis turun (adaxial), jika daun yang paling luar letaknya dekat dengan satu sumbu pokok.
4.      kohlearis naik (abaxial), jika yang paling dekat dengan sumbu pokok yang paling dalam, sedang daun yang paling luar menjauhi sumbu pokoknya.
2.2  Diagram Bunga
Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang – penampang melintang daun – daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian bunga lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian pokok tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya dari daun – daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah – tengahnya, sedang dari benag sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing – masing bagian bunga tadi dan bagaimana letak dan susunanya antara yang satu dengan yang lainnya (Hidayat, 1995).
Bagian – bagian bunga duduk diatas dasar bunga, masing – masing teratur dalam satu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing – masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan lambing yang sama. Mengingat bahwa yang digambar pada diagram itu penampang – penampang melintang masing – masing bagian bunga, maka kemungkinan adanya persamaan gambar hanyalah mengenai daun – daun kelopak dan daun tajuk bunga, sedangkan mengenai benang sari dan puyiknya rasanya tidak akan terjadi kekeliruan. Jika membuat diagram bunga, harus memperhatikan hal – hal berikut (Moertolo, 2004):
1.      Letak bunga pada tumbuhan, dibedakan dua macam letak bunga:
a.       Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis).
b.      Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris).
2.      Bagian – bagian bunga yang akan dibuat diagram tadi tersusun dalam beberapa lingkaran.
Dalam menggambar bagian – bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah:
a.       Berapa jumlah masing – masing bagian bunga tadi.
b.      Bagaimana susunannya terhadap sesamanya
c.       Bagaimana susunannya terhadap bagian – bagian bunga yang lain.
d.      Bagaimana letak bagian – bagian bunga itu terhadap bidang median.
Bagian – bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi cirri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga antara lain yaitu (Kartasapoetro, 2004):
a.      Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae.
b.      Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae.
Dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian pada (Salisbury, 1992):
1.      Hanya menggambarkan bagian – bagian bunga menurut apa adanya.
2.      Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian – bagian yang benar – benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian – bagian yang sudah tidak ada (tereduksi).
Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga yaitu:
a.       Diagram bunga empiric, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian – bagian bunga yang benar – benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya, oleh karena itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh.
b.      Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian – bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian – bagian yang sudah tidak ada lagi.
2.3 Rumus Daun
Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas lambang – lambing, huruf – huruf, dan angka – angka, yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian – bagiannya (Savitri, 2005).
Lambang – lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf – huruf merupakan singkatan nama bagian – bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang – lambang lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian – bagian bunga satu sama lain (Tjitrosoepomo, 1995).
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal – hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut (Sumardi, 1993):
1.      Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx).
2.      Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla.
3.      Benang – benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan dari androecium.
4.      Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium.
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigonium (Savitri, 2008).
Dibelakang huruf – huruf tadi lalu ditaruhkan angka – angka yang menunjukkan jumlah masing – masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu di taruh koma. Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daum buah, maka rumusnya adalah (Fahn, 1991):
K5, C5, A10, G1. (Bunga merak)
Di depan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu: * untuk bunga yang bersimetri banyak dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu. Jadi hal ini rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi (Fahn, 1991):
↑ K5, A5, A10, G1
Sedang bunga lilia gereja yang bersifat aktinimorf rumusnya menjadi (Parwata, 2009):
*P6, A6, G3
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga yang banci di pakai lambang: ♀, untuk bunga jantan dipakai lambang: ♂, dan untuk bunga betina dipakai lambang: ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan di depan lambang simetri. Jika kedua contoh rumus tersebut di atas dilengkapi dengan lambang jenis kelamin, maka rumusnya menjadi (Sumardi, 1993):
♀ ↑ K5, A5, A10, G1 dan ♀*P6, A6, G3
Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran. Bunga – bunga yang dipakai contoh diatas misalnya masing – masing mempunyai bagian – bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5 benang sari dari tiap lingkaran, sedang bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilang 3. Dalam hal yang demikian dibelakang huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi harus di taruh 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda + diantara kedua angka tadi. Contoh (Hidayat, 1995):
♀ ↑ K5, C5, A5 + 5,G1 dan ♀ * P3 + 3, A3 + 3, G3

























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil pengamatan.
3.1.1  Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis).
Gambar pengamatan
Hasil literatur

Anonymous, 2009

Keterangan:
Bagian – bagian                :
1.               Kepala putik
2.               Benang sari
3.               Mahkota
4.               Kelopak
5.               Kelopak tambahan
      Jenis kelamin                     : hermaproditus (♀).
      Simetri                               : banyak (*).
      Jumlah kelopak                 : 5
      Jumlah kelopak tambahan : 7
      Rumus bunga                    : ♀ * K5, C5, A~, G5
      Letak                                 : ujung
      Bakal buah                        : di dasar

      Diagram                            :






3.1.2     Bunga Merak (Caesalpinia pulchemma).
Hasil pengamatan
Gambar literatur

Anonymous, 2009

Keterangan:
Bagian – bagian                :
1.      Mahkota
2.      Kelopak
3.      Benang sari
4.      Putik
      Jenis kelamin                     : hermaproditus (♀)
      Simetri                               : banyak (*).
      Jumlah kelopak                 : 5
      Rumus bunga                    : ♀ * K5, C5, A10, G1
      Letak                                 : ujung
      Bakal buah                        : di dasar

      Diagram                            :






3.1.3     Bunga Kana (Canna sp).
Hasil pengamatan
Gambar literatur

Anonymous, 2009

Keterangan:
Bagian – bagian                   :
1.      Mahkota
2.      Benang sari
3.      Putik
4.      Kelopak
Jenis kelamin                        : hermaproditus (♀)
Simetri                                  : banyak (*).
Jumlah kelopak                    : 3
Rumus bunga                       : ♀ * K3, C3, A4,5, G1
Letak                                    : ketiak
Bakal buah                           : di dasa






Diagram                               :






3.1.4     Bunga Bougenville (Bougenvillea spectabilis).
Hasil pengamatan
Gambar literatur

Anonymous, 2009

Keterangan:
Bagian – bagian                   :
1.      Tenda
2.      Mahkota
3.      Benang sari
4.      Putik
   Jenis kelamin                        : hermaproditus (♀)
   Simetri                                  : satu (↑)
   Kelopak                                : tidak ada
   Rumus bunga                       : ♀ ↑ C5, A6, G1
   Letak bakal buah                  : di ujung







   Diagram                               :






3.1.5  Bunga Anggrek (Phalaenopsis sp).
Hasil pengamatan
Gambar literatur

Anonymous, 2009

Keterangan:
Bagian – bagian                   :
1.      Benang sari
2.      Putik
3.      Mahkota
   Jenis kelamin                        : hermaproditus (♀)
   Simetri                                  : satu (↑)
   Kelopak                                : ≠
   Rumus bunga                       : ♀ ↑ C5, A1, G1
   Letak                                    : di ujung
   Bakal buah                           : di dasar







   Diagram                               :






3.2  Pembahasan
3.2.1     Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis).
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) ini mempunyai bagian - bagian bunga yaitu diantaranya: kepala putik, benang sari, mahkota, kelopak, dan kelopak tambahan, sedangkan bunga sepatu ini yaitu berjenis kelamin hermaproditus atau bisa juga di sebut dengan banci, karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga yaitu benang sari dan putik. Bunga ini mempunyai simetri satu, jumlah kelopak 5, jumlah kelopak tambahan 7, bunganya terletak di ujung, dan bakal buah terletak di dasar. Adapun rumus bunga dari bunga sepatu ini yaitu:  ♀ * K5, C5, A~, G5.
Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima. Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur. Bunga berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm. hingga 20 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar dari dasar bunga. Bunga bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pada umumnya, tanaman bersifat steril dan tidak menghasilkan buah. Tanaman berkembang biak dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan.
Berdasarkan hasil pengamatan di bandingkan dengan literatur sudah sebanding atau sudah cocok bahwa bunga sepatu memiliki 5 daun kelopak yang dikelilingi oleh kelopak tambahan.
3.2.2     Bunga Merak (Caesalpinia pulchemma).
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga merak (Caesalpinia pulchemma) ini mempunyai bagian – bagian bunga yaitu diantaranya: mahkota, kelopak bunga, benang sari, dan putik, sedangkan jenis kelamin pada bunga ini sama seperti bunga sepatu yaitu hermaphroditus atau banci karena mempunyai dua alat kelamin pada satu bunga, bunga ini mempunyai simetri banyak, dengan kelopak sebanyak 5 lembar, bunga ini terletak di ujung, dan bakal buah terletak di dasar. Adapun rumus bunga merak ini yaitu: ♀ * K5, C5, A10, G1.
Bunga merak merupakan bunga majemuk dengan karangan bunga berbentuk tandan (racemus) dan termasuk kedalam bunga bisexualis. Perhiasan bunga berupa corolla dan calyx. Calyx terdiri dari 5 sepal yang lepas. Corolla berbentuk kupu-kupu terdiri dari 5 petal yang saling lepas, 1 petal yang besar disebut bendera atau vexilum, 2 sayap atau ala, 2 tunas atau carina satu sama lain terpisah warnanya putih. Benang sari atau stamen jumlahnya 10, 9 bersatu dan 1 buah lepas (diadelpus) semuanya sama panjang. Putik atau pistilum berjumlah 1 dengan letak ovarium superum terdiri dari 1 loculus dan 1 carpelum, jumlah ovulum bisa 1 sampai banyak ovulum dengan letak ovulum parietalis.
Tanaman ini bisa tumbuh tinggi dan melebar. Bunganya cantik, berwarna kuning cerah, kuning kemerahan semburat jingga dan merah jambu; merupakan bunga majemuk yang benang sari halusnya menjurai panjang. Setiap tangkai bisa terdiri dari belasan kuntum bunga. Berbunga sepanjang tahun sehingga cocok sebagai penghias kebun. Selain populer sebagai bunga merak, dikenal juga dengan nama patra komala, kembang abang, jambul merak, dan bunga jingoh.
Berdasarkan hasil pengamatan jika dibandingkan dengan kedua literatur di atas sudah sebanding atau sudah cocok bahwa bunga merak mempunyai kelopak sebanyak 5 lembar.


3.2.3     Bunga Kana (Canna sp).
           Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga kana (Canna sp) ini mempunyai bagian – bagian yaitu diantaranya: mahkota bunga, benang sari, putik, dan kelopak, jenis kelamin dari bunga kana ini yaitu hermaphroditus atau banci, mempunyai simetri banyak, dan juga mempunyai kelopak sebanyak 3 helai, bunga ini terletak di ketiak, bakal bunga terletak di dasar. Sedangkan rumus bunga dari bunga kana ini yaitu: ♀ * K3, C3, A4,5, G1.
Tasbeh tumbuh liar di hutan dan pegunungan. Seringkali ditemukan sebagai tanaman hias di pekarangan atau di taman-taman. Tasbeh atau sering disebut bunga kana berasal dari Amerika tropis dan bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Tumbuh subur di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari. Terna tahunan ini tumbuh tegak dengan tinggi mencapai dua meter, mempunyai rimpang tebal seperti umbi. Daun tunggal, bulat telur memanjang, bertangkai pendek menjadi pelepah, ujung dan pangkal runcing, menyirip jelas, warnanya hijau atau merah tengguli, berlilin, panjang 25--70 cm, lebar 8--21 cm. Bunga majemuk, muncul terminal, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, mahkota bunga besar dengan warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan dadu. Buah berupa buah kotak, bentuk bola, dinding buah kasar, biji 3--5, bulat, keras. Perbanyakan dengan pemisahari anakan yang tumbuh di sekitar induk.
Berdasarkan hasil pengamatan jika di bandingkan dengan literatur sudah sebanding bahwa pada bunga kana ini mempunyai mahkota, sedangkan bagian yang lain tidak disebutkan dalam literatur.
3.2.4     Bunga Bougenville (Bougenvillea spectabilis).
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga bougenville ini mempunyai bagian – bagian bunga yaitu diantaranya: tenda bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Bunga cantik ini berjenis kelamin hermaphroditus atau banci, mempunyai simetri satu, tetapi bunga ini tidak mempunyai kelopak bunga, bakal buah dari bunga ini terletak di ujung. Adapun rumus bunga dari bunga bougenville ini yaitu: ♀ ↑ C5, A6, G1.
Bunga berkelopak kertas. LifestyleRoll - Tanaman yang kaya warna ini ternyata bisa juga dimanfaatkan sebagai kanopi atau sebagai penutup agar. Dikenal juga dengan nama Bougainvillea glabra , tanaman ini sangat mudah dikenali.  Seringkali tanaman ini ditanam di halaman dan taman. Bunganya yang cantik merupakan daun yang berubah bentuk dan warna dan menyerupai kertas.  Para ahli tanaman menyebutnya sebagai daun generatif yang perubahannya merupakan salah satu proses penyerbukan. Bunga asli bougenville sendiri sebenarnya berwarna putih yang berkumpul dibatang atau ketiak-ketiak daun dalam jumlah banyak dan dilindungi oleh duri-duri tajam. Tanaman asal Brazil ini memiliki batang yang cenderung melilit dan lentur. Karena mudah bentuk banyak. Bunga kertas berasal dari Amerika Latin dan ditemui oleh Antonie de Bougainveille pada tahun 1769-1776 di Brazil. Fasa pembungaan bunga kertas ini agak aneh kerana jika ianya tumbuh di tempat yang kurang subur dan kering, pokok ini akan menghasilkan bunga yang lebat. Dari 13 spesies bunga kertas ini, yang paling banyak ditanam ialah Bougenvillia spectabilis dan Bougenvillia glabra. Semuanya tergolong dalam famili Nyctaginaceae. B. spectabilis berbunga cerah dengan untaian bunga yang menonjol dan rangkaian yang cukup panjang, warnanya ialah putih, ungu, orange dan merah. B. glabra mempunyai bentuk bunga yang kurang menonjol kerana bunganya muncul antara daun.
Berdasarkan hasil pengamatan jika di bandingkan dengan literature sudah sebanding bahwa pada bunga bougenville ini bakal buah tumbuh di ujung dan tidak memiliki kelopak bunga, karena sebenarnya bunga bougenville ini adalah daun yang berubah bentuk dan warna.
        3.2.5 Bunga Anggrek (Phalaenopsis sp).
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa bunga anggrek ini mempunyai bagian – bagian bunga yaitu sebagai berikut: benang sari, putik, dan mahkota. Bunga anggrek berjenis kelamin hermaphrodites dan mempunyai simetri satu. Bunga ini tidak mempunyai kelopak bunga, bunganya terletak di ujung, dan bakal buah terletak di dasar. Bunga anggrek mempunyai rumus bunga yaitu:  ♀ ↑ C5, A1, G1.
Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air. Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan. Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.
Berdasarkan hasil pengamatan jika di bandingkan dengan literature sudah sebanding bahwa pada bunga anggrek ini mempunyai bagian bunga yaitu benang sari, putik, dan mahkota, dan juga mempunyai simetri 1, tidak mempunyai kelopak, dan bunganya tumbuh di ujung.
















BAB IV
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang praktikan lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.      Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis), Bunga Merak (Caesalpinia pulchemma), Bunga Kana (Canna sp), Bunga Bougenville (Bougenvillea spectabilis), Bunga Anggrek (Phalaenopsis sp), merupakan bunga yang berjenis kelamin hermaphroditus atau banci.
2.      Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis), Bunga Merak (Caesalpinia pulchemma), Bunga Kana (Canna sp), merupakan bunga yang mempunyai simetri banyak.
3.      Bunga Bougenville (Bougenvillea spectabilis), dan Bunga Anggrek (Phalaenopsis sp), merupakan bunga yang mempunyai simetri 1.
4.      Bunga Sepatu (Hibiscus rosasinensis), Bunga Merak (Caesalpinia pulchemma), Bunga Kana (Canna sp), Bunga Anggrek (Phalaenopsis sp), merupakan bunga yang bakal buahnya terletak di dasar.
5.      Bunga Bougenville (Bougenvillea spectabilis), merupakan bunga yang bakal buahnya terletak di ujung.

4.2     Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar dan baik, dan praktikan sudah mulai nyambung dengan penjelasan – penjelasan para asisten. Makasih asisten……









DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Hidayat, Esteti, B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Press.
Kartasapoetra, Drs, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Moertolo. 2004. Daun Dan Alat Tambahan. Malang: UM Press.
Muzayyinah. 2008.Terminologi Tumbuhan. Surakarta: PT. Lembaga Pengembangan Pendidikan.
Parwata, Oka Adi, dkk. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas Minyak Atsiri Pada Bunga Anggrek Secara Spektrokopi Ultra Violet – Tampak. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana: Bukit Jimbaran.
Salisbury, Frank. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB: Bandung.
Savitri, Evika Sandi. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. Malang: UIN Press.
Savitri, Evika Sandi. 2005. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.
Sulasmi. 2004. Macam – Macam Tanaman Dataran Tinggi dan Rendah. Bogor: IPB Press.
Sumardi, Issrep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1995. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.


2 komentar: